Mengapa sih harus ada vaksinasi Covid-19? Kalau kita sudah menjalankan disiplin protokol kesehatan serta menjaga pola hidup sehat supaya tidak terpapar virus corona, apa perlunya lagi kita vaksinasi? Mungkin sampai saat ini masih ada orang-orang yang melontarkan pertanyaan-pertanyaan semacam itu ya.
Satu hal yang harus kita sadari bersama, vaksinasi merupakan salah satu ikhtiar yang bisa dilakukan demi mengakhiri pandemi Covid-19. Lalu bagaimana sebenarnya cara kerja vaksin dalam upaya mencegah penularan virus corona tersebut? Apa bedanya dengan cara lain dalam menangani Covid-19?
Menurut penjelasan Dokter Ahli Patologi Klinik Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dr Tonang Dwi Ardyanto Sp PK PhD, dikutip dari laman akun Facebook-nya, vaksinasi Covid-19 merupakan pilihan rasional dalam pencegahan penularan virus corona, disamping kita harus tetap menjalankan disiplin protokol kesehatan.
Vaksinasi Covid-19, kata Tonang, tidak serta merta membuat kebal atau mencegah seseorang terkena infeksi. Tahapan uji klinik vaksin Covid-19 baru sampai pada level mencegah timbulnya gejala atau memperingan gejala. Vaksinasi Covid-19 ini diberikan setidaknya dua kali. Pada suntikan pertama, antibodi terbentuk dalam jumlah yang masih sedikit.
Tonang menjelaskan, pada suntikan pertama ini diperlukan waktu bagi tubuh untuk mengenali vaksin yang disuntikkan tersebut. Setelah pengenalan, mulai terbentuk antibodi tapi sedikit. Saat itu diberikan suntikan kedua di hari ke-14. Karena sudah kenal sebelumnya, begitu suntikan kedua, produksi antibodi akan meningkat. Diharapkan mencapai kadar protektif di hari ke-28.
Seseorang yang pernah terinfeksi Covid-19 dan sembuh juga bisa memiliki antibodi secara alami. Lalu apa bedanya dengan antibodi yang didapat dari vaksinasi? Tonang menerangkan, pada infeksi alami, setelah masuk tubuh, berikatan dengan sel, maka virusnya berkembang. Maka setelah sekali infeksi itu, produksi antibodinya bisa meningkat tinggi merespons banyaknya virus yang berkembang jumlahnya.
Pada vaksinasi, virusnya mati. Maka jumlahnya tidak berkembang. Setelah pengenalan dan produksi awal, diperlukan suntikan kedua agar ada pacuan lagi. Tonang menambahkan, kalau hanya diberi satu kali suntikan memang ada peluang ada pacuan lagi, yaitu bila terjadi infeksi. Saat itu tubuh akan berespons seperti ketika mendapat suntikan kedua. Masalahnya jika virus masuk dalam jumlah banyak, maka tubuh ketinggalan. Perlu waktu untuk memicu antibodi, sementara virus terlanjur banyak menginfeksi.
Baik sudah pernah terinfeksi Covid-19 maupun sudah divaksinasi, Tonang mengungkapkan risiko seseorang bisa kembali terinfeksi tetap ada. Namun bila sudah ada antibodi maka gejalanya bisa lebih ringan atau lebih singkat. Hal ini karena durasi lamanya virus bertahan di saluran nafas akan lebih singkat.