“Ayo masuk rumah, tak baik bermain saat Maghrib…”
Kalimat seperti itu sangat lazim diucapkan para orangtua sejak dahulu. Orangtua biasanya mengatakan, tabu bagi anak-anak bermain di luar rumah saat terdengar azan Maghrib. Namun tak tahu alasannya. Sebagian ada yang mengatakan saat Maghrib setan dan jin berkeliaran. Anak-anak pun digiring masuk ke dalam rumah. Setelah beberapa saat, baru mereka diperbolehkan main kembali di luar rumah. Larangan ini biasanya menjadi tradisi turun-temurun.
Apakah larangan bermain di luar rumah saat Maghrib yang dikaitkan dengan setan dan jin ini adalah mitos belaka? Setelah ditelusuri, ternyata tidak sekadar mitos, melainkan ada penjelasannya. Di dalam agama Islam, ternyata memang ada sebuah hadist yang mengulas tentang hal itu. Hadist tersebut berbunyi, “Jangan kalian membiarkan anak-anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam.” (dari Jabir dalam shahih Muslim).
Dijelaskan pula, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,“Jika sore hari mulai gelap, tahanlah bayi-bayi kalian sebab iblis mulai bergentayangan pada saat itu. Jika sesaat dari malam telah berlalu, maka lepaslah mereka. Kunci pintu rumah dan sebutlah nama Allah sebab setan tidak membuka pintu yang tertutup. Dan tutup rapat tempat air kalian dan sebutlah nama Allah dan tutup tempat makanan kalian dan sebutlah nama Allah meskipun kalian mendapatkan sesuatu padanya.”
Sementara itu penjelasan ilmiah disampaikan Prof. Osly Rachman dalam buku berjudul “The Science Of Shalat”. Dia mengungkap bahwa saat menjelang Maghrib, alam akan berubah spektrum cahaya berwarna kemerahan. Cahaya tersebut merupakan gelombang elektromagnetik yang setiap warnanya memiliki perbedaan energi, frekuensi serta panjang gelombang yang berbeda. Dengan tumpang tindihnya gelombang penglihatan manusia juga menjadi kurang jelas, yang biasa disebut dengan rabun senja.
Jadi jelas ya, larangan anak-anak bermain di luar rumah saat Maghrib itu ternyata ada penjelasannya baik dari sisi agama maupun ilmiah. Namun tentu saja semua keputusan berada di tangan orangtua. (NS)