Pola asuh anak menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi orangtua yang telah maupun akan memiliki buah hati. Setiap orangtua bertanggung jawab memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Itulah mengapa penerapan pola asuh yang tepat sangat menentukan dalam menyiapkan masa depan anak. Dengan mengetahui hal ihwal pola asuh anak, para orangtua akan mampu memutuskan dan menerapkan pola asuh seperti apa yang akan diterapkan kepada anak-anaknya. Belum tentu anak cocok dengan pola asuh yang selama ini diterapkan. Belum tentu juga semua anak dalam satu keluarga cocok menerima model pola asuh yang sama, karena karakter setiap anak berbeda.
Sebelum menerapkan model pola asuh terhadap anak-anaknya, orangtua harus memiliki pemahaman mengenai hal-hal yang sangat mendasar dalam pola asuh anak. Pemahaman yang sangat mendasar itu adalah:
- Semua anak cerdas
Belum semua orangtua memahami konsep ini. Semua anak itu cerdas. Tak ada anak yang bodoh, maka hindari menyebutnya demikian. Anak mungkin tak cerdas Matematika, namun prestasinya unggul di bidang olahraga. Anak mungkin tak pandai Matematika dan olahraga, namun dia pintar bernyanyi. Mungkin anak tak pandai semua itu namun dia piawai dalam pergaulan di berbagai lingkungan. Prof Howard Gardner dari Harvard University memperkenalkan 9 jenis kecerdasan yaitu linguistik (bahasa), logika (matematika), visual-spasial, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis (lingkungan), eksistensial. Memang ada beberapa anak yang memiliki beberapa jenis kecerdasan. Itulah yang disebut anak dengan multi intelligent. Hal ini menjadi dasar sebuah pemahaman bahwa pola asuh anak harus aware akan hal ini. - Setiap anak itu baik
Tidak anak yang nakal ataupun jahat. Orangtualah yang paling bertanggung jawab membentuk dan mempengaruhi karakter anak. Maka, dalam pola asuh anak hindarilah menyebut anak dengan sebutan-sebutan yang negatif. - Setiap anak mempunyai cara berbeda dalam memproses informasi
Setiap anak adalah individu yang berbeda. Cara dan kemampuan mereka memproses, memahami dan menerima informasi pun berbeda-beda, sehingga menerapkan pola asuh anak memiliki perbedaan antar satu dan lainnya. - Anak berhak mendapatkan apresiasi untuk setiap usahanya
Setiap usaha anak pantas diapresiasi. Orangtua janganlah selalu fokus pada hasil dan target, namun hargailah usaha anak, apapun itu. Apresiasi yang paling sederhana adalah dengan pelukan, tatapan mata yang menyejukkan serta kata-kata yang membesarkan hati. Dengan pola asuh anak seperti ini, anak akan belajar menghargai orang lain dan juga dirinya sendiri. - Pola asuh anak menghargai hak pilih
Setiap anak punya hak memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya. Tugas orangtua hanyalah membimbing, bukan memaksakan kehendak.
Setelah memahami dasar-dasar pola asuh anak seperti tersebut di atas, waktunya orangtua mengetahui jenis ataupun model pola asuh. Adapun jenis pola asuh anak akan membentuk karakternya dikemudian hari (baca : karakter anak yang tangguh) adalah seperti berikut ini :
- Pola asuh anak tipe otoriter
Dalam pola asuh ini anak menjadi obyek. Orangtua adalah subyek yang menentukan semua hal menyangangkut anaknya. Orangtua memerintahkan, memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan anaknya. Anak tidak diberi hak untuk bersuara dan memilih. Bila anak berbuat kesalahan akan dihukum. Pola asuh seperti ini bila terus menerus diterapkan akan menciptakan jarak antara orangtua dan anak. Pada titik tertentu anak akan menjadi tertekan bahkan bisa lebih parah lagi. - Pola asuh anak yang permisif
Pola asuh permisif memungkinkan orangtua mengikuti setiap kehendak anak. Papun permintaan anak dituruti. Orangtua juga akan selalu memberikan permakluman atas kesalahan-kesalahan anak. Keuntungan pola asuh seperti ini adalah terciptanya kedekatan antara orangtua dan anak. Namun sisi buruknya, anak bisa manja, tidak mandiri dan tak terbangun rasa tanggungjawabnya. Tentu ini berbahaya bagi masa depannya. - Pola asuh anak dengan karakter abai
Dalam jenis pola asuh ini, orangtua bersikap abai/cuek terhadap anaknya. Orangtua tidak peduli dan tidak memperhatikan perkembangan anaknya sendiri. Dia memenuhi permintaan anak. Dia juga tak pernah melarang anak-anak melakukan apapun. Anak dititipkan kepada orangtuanya dan orangtua lepas tangan. Ini bisa dilakukan oleh sejumlah orangtua yang terlalu sibuk bekerja atau fokus dengan karirnya. Anak jadi kurang perhatian. Dampaknya dia akan menjadi anak yang jahil di lingkungan sekolah. Atau bisa juga anak malah menarik diri dari pergaulan karena tidak percaya diri. - Pola asuh anak yang demokratis
Pola asuh ini adalah perpaduan antara otoriter dan permisif. Ini bentuk pola asuh paling ideal, di mana orangtua melibatkan anak untuk memutuskan sesuatu hal menyangkut dirinya di saat yang tepat. Orangtua juga akan memutuskan sendiri di saat yang tepat pula. Anak diperbolehkan mengemukakan pendapat. Keterbukaan membuat komunikasi antara orangtua dan anak berlangsung nyaman. Pola asuh ini akan membuat anak lebih mandiri, percaya diri, mampu menghargai orang lain dan belajar bertanggungjawab terhadap pilihannya.
Dibawah ini kami dari mencoba memaparkan dasar pola asuh diatas kedalam sebuah infografis agar lebih mudah untuk dipahami. Jangan lupa untuk dishare dan dibagi agar lebih bermanfaat ya Moms!