Salah satu kebutuhan remaja adalah bersosialisasi, bergaul, dan berinteraksi dengan orang lain, khususnya teman-temannya. Aktivitas tersebut akan memberikannya pengalaman dan pelajaran hidup yang menunjang proses pengembangan dirinya menuju kedewasaan. Sayangnya kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini membuat ruang gerak remaja menjadi terbatas. Termasuk ketika ia ingin bertemu dengan teman-temannya.
Meskipun pertemuan dengan teman-teman tersebut bisa saja dilakukan secara daring atau online, tetap saja kesan yang didapatkan akan terasa berbeda dengan bila mereka bisa bertemu secara langsung. Dengan kondisi tersebut, mungkin tidak ada salahnya jika orangtua sedikit melonggarkan peraturan bagi anak remajanya agar sesekali ia bisa bertemu secara fisik dengan teman-temannya. Tapi tentunya, pergaulan anak tersebut harus tetap di bawah pengawasan orangtuanya.
Lalu bagaimana agar anak remaja kita tetap aman saat bergaul di masa pandemi ini? Menurut Konselor Keluarga, Anak, dan Remaja, Ernawati, S.Psi.M.Psi cd Dr, dalam mengawasi pergaulan anak remaja, kunci awalnya adalah orangtua terlebih dulu harus bisa menjadi sahabat bagi anak remajanya. Setelah itu mintalah ia mengenalkan sahabat-sahabatnya, mungkin bisa diistilahkan dengan teman se-genk. Jadilah orang tua yang bisa dekat dengan genk-nya anak remaja.
Tapi ingat, orangtua jangan terlalu banyak menginterogasi teman-teman si anak remaja. Ernawati yang juga dosen di IAIN Surakarta FUD dan FEBI Jurusan Bimbingan Konseling Islam dan Psikologi Islam dan Manajemen Bisnis Syariah ini menjelaskan, sikap terlalu menginterogasi remaja ini akan menimbulkan ketidaknyamanan mereka dan membuat anak tidak percaya kepada orangtuanya.
Nah saat pandemi Covid-19 seperti ini, orangtua bisa memberi saran berbagai aktivitas positif yang bisa dilakukan remaja bersama teman-temannya di rumah saja. Bahkan mungkin aktivitas tersebut juga dilakukan bersama orangtua. Jangan lupa untuk tetap selalu menerapkan disiplin protokol kesehatan ya!
Salah satu contoh aktivitas positif tersebut yakni dengan melakukan hobi, misalnya di bidang literasi, membuat karya ilmiah sederhana, atau berkebun, dan sebagainya. Kalaupun anak remaja ternyata memang suka main gadget, sebenarnya tidak selalu berdampak buruk jika orangtua bisa mengarahkannya ke hal-hal positif.
Ayah-Ibu bisa saja mengarahkan mereka untuk memilih konten-konten menarik yang ada di internet sebagai media pembelajaran. Mungkin bisa menjadi bahan untuk didiskusikan bersama teman-temannya, atau mereka bisa juga berlatih membuat konten kreatif ala remaja yang melibatkan beberapa anak. Pilihlah tema sesuai minat, potensi, atau bakat mereka sehingga akan menumbuhkan semangat belajar dan minat para remaja tersebut untuk lebih mengembangkan diri.