Belajar dari rumah untuk anak-anak akan diperpanjang paling tidak hingga akhir 2020. Kebijakan ini diambil pemerintah sebagai usaha untuk melindungi anak-anak dari paparan virus Corona-2. Ada sisi baik dan buruk dari tiap kebijakan. Pada prakteknya, belum ada standar khusus tentang materi ajar dalam jaringan (Daring), untuk tiap jenjang pendidikan. Akibatnya, ada siswa yang mendapatkan tugas tiap mata ajar yang dirasa ringan, namun ada juga anak yang mendapat tugas terlalu banyak dan dirasa membebani.
Tugas sekolah yang terlalu banyak, dengan deadline yang ketat membuat anak dituntut untuk menghabiskan waktu belajar dengan durasi waktu yang lama. Belum lagi jika orangtuanya termasuk lambat beradaptasi: belum mampu menjadi pendamping belajar yang baik untuk anak. Akibatnya, ada dampak buruk yang mungkin dialami anak.
Stress sangat mungkin dialami buah hati, karena tuntutan belajar di rumah saja. Hal ini bisa terjadi karena anak tidak mendapat keseimbangan antara tugas belajar dengan aktivitas yang bersifat bermain dan bersenang-senang. Terlebih saat ini semua orang diharapkan tidak keluar rumah jika tidak ada urusan penting dan mendesak. Orangtua perlu memperhatikan tanda-tanda jika anak mulai stres, misal mood yang mudah berubah, sering marah, atau malas-malasan.
Terlalu banyak belajar, terutama yang memanfaatkan teknologi Daring, akan membuat anak mengalami kelelahan, terutama pada mata (akibat radiasi layar PC/laptop/HP), dan tulang punggung karena duduk terlalu lama. Jika tidak ditanggulangi, ditambah stress yang dirasakan, akan membuat daya tahan tubuh lemah dan mudah sakit.
Kurang bersosialisasi dan rasa bosan yang melanda. Terlalu lama belajar di rumah membuat anak kurang waktu bersosialisasi dengan lingkungan luar, terutama teman-teman sebayanya. Apalagi, masyarakat memang dianjurkan tetap berada di rumah saja selama masa pandemi ini. Pun rasa bosan terlalu lama berada di rumah saja dapat membuat anak tertekan.
Oleh karena itu penting bagi para orangtua untuk memperhatikan kesehatan mental anak, selain kesehatan fisik. Jika ada tanda-tanda anak mengalami stres, konsultasilah dengan dokter atau psikolog untuk mendapat solusi.