“Kalau tidur jangan menghadap kipas angin, awas kena paru-paru basah!” Anda pernah mendengar peringatan seperti itu? Jika iya, Anda bisa mengabaikannya. Selama ini penggunaan kipas angin saat tidur memang sering dikaitkan dengan paru-paru basah atau pneumonia. Namun ternyata, klaim tersebut hanya mitos belaka. Paparan kipas angin bukanlah penyebab gangguan kesehatan yang dikenal awam dengan paru-paru basah.
Paru-paru basah merupakan istilah yang digunakan awam untuk menyebut penyakit pneumonia. Dari segi medis, penyakit ini merupakan infeksi yang memicu imflamiasi pada kantung-kantung udara atau alveolus di salah satu bagian paru atau keduanya. Paru-paru basah dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau jamur pada sistem perpanasan.
Penyakit ini bisa tergolong ringan namun juga bisa menjadi serius dan mebahayakan nyawa penderitanya. Tanda-tanda penderita paru-paru bisa meliputi nyeri pada dada (yang bertambah ketika batuk), batuk kering, atau disertai dahak dan mengi, kesulitan bernapas dan napas cepat, demam, sering berkeringat, mual muntah, nyeri otot hingga kehilangan napsu makan.
Penyakit paru-paru basah akan lebih mudah menyerang bila pertahanan tubuh sedang rendah. Bila tubuh terpelihara dengan baik dan asupan gizi terpenuhi, maka paru-paru basah dapat dihindari. Rajinlah mencuci tangan dengan bersih, kalau perlu menggunakan cairan antiseptik, terutama seusai beraktivitas yang melibatkan orang banyak. Buanglah tisu setelah digunakan pada tempatnya, untuk menghindari penyebaran kuman. Ada pula beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit paru-paru basah ini, di antaranya riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi), merokok, sering mengonsumsi minuman beralkohol dan terkena paparan debu asbes. Jadi,paru-paru basah tidak ada kaitannya dengan paparan kipas angin bukan?